Pahlawan Kebersihan

Apa yang membuat lingkungan sekitar di negeri ini banyak sampahnya? Mungkin ada banyak jawaban. Ada yang mengatakan karena budaya bersih yang sudah luntur di negeri ini, ketidak-pedulian masyarakat terhadap kebersihan lingkungan, pemahaman tentang pentingnya kebersihan, malas bersih-bersih (nyapu, beres-beres, dan lain-lain), dan masih banyak lagi alasan lainnya.

Selamanya Cinta

Siang yang cerah, ada waktu luang yang saya agendakan untuk hunting ke toko buku. Mengenai tempat, yang terpikir hanya dua tujuan: Togamas atau Rumah Buku yang keduanya terletak di Jalan Supratman. Jadi, tanpa banyak berpikir, saya pun langsung saja ke tempat. Mengapa pilih kedua tempat yang itu? Hehe, alasannya sederhana saja: ada diskon (setidaknya 15%). Bahkan untuk beberapa jenis buku, diskonnya bisa mencapai 30%.

Sebagaimana niat awal saya yang mencari buku demi memperkaya kemampuan menulis, jenis buku yang saya incar pun tak akan jauh dari kumpulan cathar, memoar, atau cerita fiksi sederhana. Walaupun fiksi, tetap saja karya fiksi itu sendiri -biasanya- tergagas melalui pengalaman si penulis, atau pengalaman orang-orang yang beraudiensi (bertukar cerita dan pengalaman) dengan si penulis. Jadi, meski berlabel fiksi, saya masih pede untuk bisa melihat sebuah sisi hidup orang lain melalui sebuah naskah di mana si penulis bercerita dalam sudut pandangnya. Bagi saya itu cukup. Terlebih lagi bila menemukan buku yang isinya urang pisan, alias menggambarkan sisi hidup yang sama dengan bagaimana saya menjalani hidup. Seperti buku The Journey (memoar perjalanan) karya Farid Gaban dkk., Ketika Bunga Bicara (kumpulan kisah nyata) karya Nunik Utami-Dedew-Teresa, atau Nguping Jakarta (kumpulan celoteh warga Jakarta).

Bertukar Cerita

Sebagai penulis lepas, terutama penulis cathar, saya selalu -dan pastinya- membutuhkan banyak cerita dan pengalaman. Jadi yang akan selalu dicari untuk memperkaya bahan naskah tentunya adalah cerita, cerita, cerita, dan cerita. Intinya, semakin banyak cerita dan pengalaman, saya akan punya semakin banyak ide untuk dituliskan. Semakin banyak ide, maka semakin banyak hal yang bisa dipadukan ke dalam sebuah naskah. Maka, jadilah naskah ini, naskah itu, dan naskah-naskah lainnya.