Sejoli #4: Kenal Lebih Dekat

Suatu hari, dia pernah mengungkapkan keinginannya melihat saya mengenakan setelan batik. Mungkin karena dia bosan melihat saya keseringan mengenakan kemeja flanel kotak-kotak, atau entah kenapa. Jadi saat saya menjadi panitia pernikahan seorang sahabat, saya mengajaknya untuk hadir. Bukan untuk menyaksikan hajatan sahabat saya, melainkan untuk melihat saya mengenakan setelan yang tidak biasa: batik.

Saat dia ingin melihat saya mengenakan batik, mungkin itu karena dia ingin mengenal saya lebih dalam. Mengajaknya datang ke hajatan itu berarti saya mengizinkan dia untuk mengenal saya lebih dalam.

Apalagi yang membuatnya mengenal saya lebih dalam? Sebulan kemudian, saya ikut kegiatan kemping dan biotreknya Pustaka Tropis Wanadri yang berjudul Sambil Jalan. Saya hanya mengabarinya melalui Facebook. Ya, hanya mengabari, tanpa berharap dia ikut. Sadar diri saja, mungkin dia tidak tertarik ikut acara beginian. Terlebih lagi dia punya komunitas jalan-jalannya sendiri.

Awalnya saya berpikir bahwa teman-teman kemping yang akan saya dapatkan di Sambil Jalan adalah orang-orang yang belum pernah saya kenal sebelumnya. Sampai akhirnya dia mengabari: "Aku ikut, Mas. Bawa seorang temen. Pamung." Oh, oke. Ternyata di sana setidaknya ada seorang yang sudah saya kenal sebelum datang ke perkemahan. Bahkan hasil dari pengelompokkannya, saya satu kelompok makan dengan dia, dan satu tenda dengan Pamung.

Tak ada prasangka apapun tentang hal ini. Saya menjalaninya seperti biasa, sebagaimana saya pernah kemping sebelumnya. Standar anak Pramuka: saling bantu dan melengkapi sebagai satu unit yang sedang survive.

Saat biotrek, pernah ada kesempatan untuk membantunya, sebagaimana membantu yang lain. Tetapi dia menolak. Ya wajar sih, mungkin dia memang bisa sendiri. Lagipula dia bukan anak kecil.

Bagi saya pribadi, acara ini adalah sepenuhnya acara kemping dan biotrek bersama teman-teman baru. Memang benar bahwa di perkemahan ada orang yang sudah saya kenal sebelumnya, tetapi kenyataannya saya lebih banyak ngobrol dengan orang-orang baru (ketimbang dengan dia dan sahabatnya).

Sebelum berangkat, belum pada ngumpul

Beres acara di perkemahan, saya dan dia menjadi peserta yang terakhir menuju titik penjemputan. Kami jalan bersama dari area kemping ke parkiran, melewati jalur yang basah, licin, berlumpur. Teringat bagaimana dia tidak mau dibantu, ya saya cuek-cuek saja. Membiarkan dia dengan jalur yang dia lewati, dengan caranya menghadapi situasi. Bagaimanapun juga dia adalah perempuan tangguh yang sudah familiar menginjak daerah terkena bencana.

Jalur menuju parkiran membuat kami bertemu dengan jembatan kecil berupa segelondong kayu. Ukurannya kira-kira berdiameter 1/2 meter dan panjangnya 2 meter. Disebut jembatan kecil karena fungsinya hanya untuk melewati lumpur. Saya tidak bilang apa-apa, juga tidak menawarkan bantuan. Karena saya berpikir dia bisa melewatinya dengan mudah.

Pikiran saya ternyata salah. Dia yang sebelumnya bilang tidak mau dibantu ternyata terpeleset di gelondong kayu itu. Saya yang kaget pun menghampirinya untuk melihat keadaan. Syukurlah, badannya utuh. Tidak ada tanda-tanda patah tulang, atau pendarahan terbuka. Dia juga bisa bangun sendiri, itu cukup menunjukkan bahwa dia juga tidak keseleo. Dua orang tim P3K datang, dan mereka tidak bertindak apa-apa setelah melihat dia bisa jalan sendiri.

Kalaupun ada luka, mungkin adalah luka di hati lantaran malu karena setengah badan dipenuhi lumpur, lalu ditertawai oleh temannya. Luka bahwa sebagai seorang perempuan, terlihat betapa jeleknya dia. Itu adalah saat-saat saya mengenalnya lebih dekat sebagai orang yang sudah terpeleset berlumuran lumpur. Selanjutnya mungkin sudah bisa ditebak. Ya, sayalah yang membawakan tas carrier-nya.

Angkot jemputan membawa kami ke Sukaluyu. Para peserta kemping pulang ke rumahnya masing-masing dengan arah yang berbeda-beda. Saya yang arah pulangnya sejalan dengan dia, akhirnya pulang bersama. Karena sama-sama sudah lapar, kami makan mie ayam di Cijerah.

Ternyata dia lebih suka mie ayam ketimbang spageti, dan dia baru tahu kalau saya suka mie ayam dengan kuah bening (tanpa saus dan kecap). Perlahan, ada hal-hal tentangnya yang baru saya lihat. Begitu juga sebaliknya. Kami mulai kenal lebih dekat.

5 Jumadil Tsani 1440

4 comments: