Cijerah Culinary Night

Rakyat membutuhkan hiburan yang murah dan terjangkau. Memangnya zaman begini ada? Setidaknya di periode kepemimpinan Walikota Bandung saat ini terasa, jawabannya: ada. Yang rakyat butuhkan bukanlah tempat-tempat nongkrong mewah berbayar mahal, cukup hiburan rakyat yang bisa menjadi tempat ngumpul-jajan, dan perbaikan beberapa taman. Taman Alun-Alun (sebagi yang paling fenomenal), menjadi buktinya.

Akhir 2014, Braga Culinary Night menjadi pencetus ide arena wisata malam nan murah meriah. Terbilang berhasil, karena dapat menunjukkan betapa sederhananya cara untuk menghibur warga. Culinary Night yang semula terpusat di Braga, dipecah ke berbagai Kecamatan, agar rakyat dapat menikmati hiburan tanpa perlu pergi jauh dari tempat tinggalnya, dan menemukan hiburan sesuai dengan masa lalunya. Ya, karena tiap tempat menyimpan cerita masing-masing penghuninya. Warga pinggir kota tentunya akan lebih familiar dengan jajanan khas pinggir kota.

Sebulan setelah Braga Culinary Night, sebenarnya Cijerah pernah berencana menggelar event serupa. Sayangnya urung terwujud. Entah kenapa. Saya pun tak tahu karena saat itu belum bergaul dengan orang-orang di kantor kelurahan.

Then, the time is running out...

Selepas pesta rakyat di bulan Agustus 2015, Oktober memberi agenda Hari Jadi Kota Bandung ke-205. Kunjungan tokoh kelurahan ke pesta rakyat di tiap RW memberikan banyak kesan untuk rencana menyemarakkan hari jadi Kota Bandung. Ternyata ada satu RW yang dinilai sangat meriah, dan itu menjadi pendorong untuk berhasil menyelenggarakan Cijerah Culinary Night, pemberi rasa optimis untuk menebus kegagalan menggelar event rakyat di tahun sebelumnya.

Persiapan yang sangat singkat, hanya 3 pekan. Kalau berhasil terselenggara, segitu juga udah uyuhan! Karena hanya punya judul "Culinary Night", tanpa punya konsep event dan perhitungan dana. Akibatnya, 3 pekan itu adalah hari-hari peredaman emosi.

Kami melakukan segala yang sanggup dilakukan, mengumpulkan semua potensi warga yang dapat dikelola. Akhirnya, dengan segala keterbatasan yang ada, Sabtu tanggal 17 Oktober 2015, berdirilah tenda-tenda berisikan aneka jajanan yang mengundang perhatian masyarakat.

Raramean warga Cijerah

Semakin tenanglah hati ini melihat anak-anak muda berkaos panitia mondar-mandir menertibkan keadaan di sana. Saya yang H-1 sempat demam karena setiap hari pulang malam demi menyiapkan keperluan pra-event, akhirnya mempunyai waktu untuk lebih rehat. Jauh berbeda dengan sebelumnya. Da asalna mah areuweuh pisan. Meni piwatireun lah panitia teh, asalna ngan opatan.

Mungkin memang nasib saya yang layak ditertawakan, setelah datang pun masih saja merasa perlu untuk menertibkan stand-stand yang belum terisi. Saya yang masih mengenakan kaos hitam polos pun akhirnya lupa mandi. Bae lah, kagok edan sakalian! Sudah bau keringat menunggu dua teman yang berencana mengisi stand, ditambah pula bau masakan yang hangitnya menyebar di antara 62 stand. Meski seblak adalah yang terhangit, ternyata saat di rumah, kaos saya lebih berasa aroma sosis bakar.

Bersama sahabat masa kecil dan pemesan stand

Sekian bulan saya tak posting di blog. Bulan-bulan yang melelahkan, juga menakjubkan. Meski menyimpan banyak catatan, Cijerah akhirnya berhasil menggelar Culinary Night-nya. Kemeriahan hiburan rakyat yang sangat terjangkau.

Malam yang mengesankan, membuat saya lebih bisa tidur lelap. Ini kabar gembira bagi bujangan yang besok paginya sudah harus bersiap kaki di Aston Magenta Run (next post).

6 Muharram 1437

0 comments:

Post a Comment