Ikut Susah Gara-Gara Dekat

2007 silam, saya terpilih untuk menahkodai P3R (Panitia Pelaksana Program Ramadhan) di sebuah masjid. Alhasil, selama Ramadhan di tahun itu pun saya menjadi orang yang sangat sibuk dengan agenda-agenda keorganisasian. Pun dengan isi pikiran, tidak jauh dari program kerja dan rapat-rapat kordinasi. Daek teu daek lah eta mah.

Sebegitu Mudahnyakah Menyintai?

Saya adalah seseorang yang gemar bepergian dengan menggunakan kendaraan umum, terutama angkot atau bus. Sebagai penunggang setia kendaraan umum, saya tahu bagaimana saja kebanyakan kendaraan di kota. Mulai dari tingkahnya saat jalan, ngetem, hingga jam-jam angkot atau bus dipenuhi penumpang. Salah satu waktu yang paling biasa dipadati oleh penumpang adalah pagi, tengah siang, dan sore. Jelas saja ramai, itu karena pagi-pagi adalah jamnya orang-orang berangkat kerja atau sekolah, sedangkan siang adalah jamnya anak-anak selesai sekolah atau hendak masuk sekolah, dan sore adalah jam pulang sekolah dan kerja.

Menanyakan Kebahagiaan

"Lama kita nggak ketemu. Gimana kabar?"
"Baik. Iya, udah lama banget. Kamu gimana?"
"Kayak yang kamu lihat sekarang."
"Kayaknya kamu bahagia dengan kehidupanmu yang sekarang."
"Hmm.."

Memberi Contoh, Bukan Sekedar Ceramah

Suatu ketika, DKM kami mengundang seorang pemateri untuk sebuah acara pengajian umum. Sebagaimana biasanya, pemuda selalu mendapat bagian menggarap hal-hal teknis pelaksanaan. Mulai dari membuat undangan kepada warga, menyebar undangan, menjadi perangkat acara, hingga menyambut kedatangan penceramah.

Kebaikan itu Sungguh Sederhana

Bukan untuk yang pertama kali. Bahkan untuk yang kesekian kalinya saya menyaksikan seseorang bilang "A standar, A!" (dalam bahasa Indonesia: Kak standar, Kak!) ketika ada motor yang lewat dengan keadaan standar* masih tersanggah. Mumpung pengendara motor belum mengalami kecelakaan akibat lupa memposisikan standar motornya, segera saja diingatkan. Semoga saja si pengendara sadar akan keadaan standar motornya, lalu memposisikan, dan terhindar dari kecelakaan.

Jangan Terlalu Cepat Menyimpulkan!

Sebuah obrolan antara 2 orang...

Keur usaha neangan jodo, yeuh!”
Ceuk urang mah, mun can waktuna nya moal jadi we.”
Eh, da kudu aya usahana atuh nu kitu ge! Lain ngan ukur cicing wae.”
Urang teh geus 9 kali kandas, lain tanpa ngusaha. Matak wani ngomong kitu.”
“Wah... Aslina?”