Hanya Titipan

Ada saat-saat saya merasa tidak enak ketika seseorang mengungkapkan rasa terima kasihnya pada saya. Bukan karena saya ingin menolak atau tidak peduli, tetapi lantaran saya merasa tidak memberikan sesuatu yang begitu berharga atau bernilai. Berharga maksudnya mahal, bernilai maksudnya bermakna. Ya, karena seringkali dalam hati saya berkata "Ah, belinya murah kok" atau "Nggak susah kok dapetnya."

Membeli Senyuman

"Ayo, ayo.. mampir ya ke standku di Festival Animasi." Saya pribadi menyukai animasi dan komik sejak masih SD, dan itu yang menjadi alasan untuk mengunjungi event-event perkomikan dan peranimasian. Seperti Pekan Komik 2004 di ITB, dan Pasar Komik 3 beberapa bulan silam di Braga. Kali ini ada seorang kawan yang menjadi peserta. Jadi, ada hal lain yang membuat saya ingin datang ke event ini: persahabatan.

Hidup yang Ketiga

Pernah membayangkan bagaimana bertemu dengan malaikat maut? Walaupun dalam film-film tertentu beberapa kematian terkesan terhormat, mulia, heroik, dan mengagumkan, -jangankan membayangkan- mendengar cerita tentang bagaimana orang wafat saja rasanya sudah menakutkan. Setidaknya untuk saya. Tetapi mungkin tanpa disadari sebenarnya malaikat kematian itu pernah mendatangi, memandangi wajah saya, dan menunggu detik eksekusi.

Masjid Salman Jatinangor (Masjid al-Jabar)

Dhuha, saya dan Nono menyengajakan diri untuk mampir ke kampus ITB Jatinangor (dulunya kampus Universitas Winaya Mukti) yang konon legendaris karena bangunan tempo dulu disertai cerita mistisnya. Setidaknya itu yang menjadi daya tarik bagi teman saya, sedangkan saya sendiri lebih tertarik untuk mampir ke masjid kampusnya yang katanya sudah dibangun.

Tahan, Jangan Marah Dulu!

Mudah untuk mengatakan, tetapi seringkali sulit untuk dilakukan. Bukan sulit sih, melainkan kerap keburu terbawa emosi dan tidak sadar untuk segera mengendalikan diri. Saya sering kesal oleh tingkah orang lain, baik yang kenal maupun tidak dikenal. Bisa karena salah, bisa pula karena berbeda jalan mikirnya.

Nenek Penjual Nasi Kuning

Sebutlah namanya Ma Entin, seorang penjual nasi kuning di sebuah gang. Pada suatu pagi yang cerah, Yang Maha Berkehendak mempertemukan saya dengan beliau. Saya yang tengah menuju rumah seorang kawan lama, melihat sebuah gerobak biru bertuliskan Nasi Kuning di kacanya. Tetapi bukan itu yang membuat saya tertarik untuk singgah, melainkan beberapa lodor berisi gorengan yang dirasa pas untuk mengisi perut, ditambah sachet-sachet kopi yang tergantung di pinggirnya.

Sujud Terakhir

Langit masih gelap dan hawanya masih sangat dingin, walaupun cerah. Orang-orang yang shalat di masjid baru saja selesai shalat shubuh berjamaah. Tidak seperti biasanya, telefon rumah berbunyi saat hari masih menyongsong fajar. Ibu pun segera ke ruang tengah untuk menjawab panggilan telefon itu. Rasanya aneh, kok ada gitu ya yang menelfon sepagi ini? Dari ruang tengah, terdengar suara suara ibu, lirih, “Innalillah..”

Bacaan yang Ajaib

Aneh? Iya. Unik? Juga iya. Sejak kecil saya diperkenalkan pada huruf-huruf Qur'an melalui sebuah majalah anak, namanya Aku Anak Saleh. Entah sekarang masih ada, ataukah sudah tidak terbit lagi. Awalnya saya tidak ngeh, dan malas-malasan membacanya. Sampai akhirnya saat saya kelas 2 SD, ibu memanggilkan guru ngaji untuk mengajari kami (anaknya) membaca al-Qur'an sekaligus mengerti isinya. Kami biasa memanggilnya Mang Uwen.

Lilin-Lilin Nurani

Awan sudah tampak gelap, diiringi angin yang menyapu jalan Cijerah. Daun daun yang berserakan pun beterbangan beserta debu-debu dari celah selokan. Beberapa pejalan sampai diam sesaat karena memejamkan matanya agar debu tidak mengotori mata. Ada pula yang menutup hidungnya demi melindungi pernafasan dari udara kotor yang mungkin tak akan tersaring rambut hidung.

Kang Iyang

Nama lengkapnya Iyang Darmawan. Seorang lelaki berdarah Sunda yang pada dekade 90-an namanya mulai dikenal masyarakat Bandung dengan panggilan Kang Iyang, sebagai salah satu anggota kelompok lawak parodi bernama Padhyangan Project (disingkat menjadi P-Project). Sejak saat itu pula saya mulai mengetahui namanya, meski saat itu kalah tenar dibanding rekan sesama anggota P-Project, seperti: Deni Chandra, Daan Arya, Izur Muchtar, atau Joe.

Keep Contact

Pagi yang cukup melelahkan. Setelah bermain bola di Salman, ngobrol sejenak bersama beberapa teman sambil beristirahat, saya pun segera pulang sebelum matahari semakin tampak berada di puncak langit. Inginnya sih pulang sebelum suhu udara sepanas siang. Maklum, karena saya naik angkot. Jadi panas cuaca akan sangat terasa.

Ke Tanah Suci #10: Imam Masjid

Dahulu kala, ada seorang anak yang sangat bandel, hingga ibunnya tak kuasa lagi menahan amarah karena kebandelannya tersebut. Karena marah, sang ibu pun menyuruhnya pergi. "Pergilah. Jadilah imam di Haramain!" Puluhan tahun kemudian, anak itu menjadi ketua imam di Haramain. Kini orang-orang di dunia mengenal suara khas dari lelaki bernama: 'Abdurrahman as-Sudais.

Hidup Ini, Mau Cari Apa?

Seorang sahabat berbagi cerita tentang pengalaman menjadi member fitnes di kantornya. Ada instruktur yang baru. Awalnya dia merasa asing, selama berfitnes di sana, sebelumnya tak pernah melihat instruktur tersebut. Barulah setelah diajak ngobrol, sahabat saya itu tahu bahwa dia adalah orang baru di fitness center.

Ke Tanah Suci #9: Keseharian di Mekkah

Sebagai pendatang yang berumrah, pola hidup di Mekkah jelas terasa berbeda dengan di Indonesia. Di Madinah dan Mekkah, kami seolah sangat tahu waktu untuk shalat fardhu. Bukan hanya karena kebiasaan masyarakat yang mendadak ramai berjalan menuju masjid 1 jam sebelum adzan, tetapi juga -salah satunya- karena ada program televisi khusus murattal yang juga berfungsi sebagai timer persiapan adzan.

Ke Tanah Suci #8: Tur Sekitar Mekkah

Menurut agenda, ada tiga tujuan tur selama kami di Mekkah, yaitu: Arafah, Mina, dan Jabal Rahmah. Arafah dan Mina adalah dua tempat khusus yang menjadi bagian dari serangkaian ibadah haji, sehingga tiap tur umrah biasanya mengagendakan untuk ke sana. Sambil berjalan-jalan, sekalian mempersiapkan peserta yang hendak meniatkan diri untuk mendaftar haji.

Ke Tanah Suci #7: Mekkah

Bagi saya, dilihat dari penataan kotanya, Madinah dan Mekkah memiliki satu kesamaan, yaitu sama-sama cukup ramah untuk pejalan kaki. Bisa jadi karena desain penataan kotanya demikian, atau bisa pula karena rekomendasi dari ulama yang berpendapat bahwa berjalan kaki menuju masjid dapat menambah pahala dan menghapus dosa. Ini hanya asumsi.

Untuk Kalian Juga #2

Salah satu aktivitas saya saat dulu kuliah S-1 adalah intensif belajar membaca al-Quran. Karena apa? Jujur saja, karena kemampuan membaca al-Quran saya masih rendah, terutama dalam hal kaidah bacaan dan bunyi (huruf). Jadi salah satu pekerjaan pribadi saya saat itu adalah memperbaiki kualitas bacaan Quran.

Untuk Kalian Juga

Selepas shalat maghrib, seorang kawan mengajak makan bersama. Saya mengiyakan saja, karena toh memang belum makan. Beberapa kawan yang lain pun sepertinya belum makan. Mau makan di mana? Biasanya yang menentukan adalah yang mengajak. "Di lapak seafood yang di sono aja yuk!" Katanya sambil menunjuk ke sebuah arah. Saya mengiyakan, sedangkan beberapa kawan yang lain ngikut-ngikut saja. Akhirnya, kami berdelapan jalan kaki menuju tempat yang dimaksud.

Mama yang Ngajarin

"Ari maneh ka mana wae, Jang? Tuh tingali anakna Bu Dedeh mah aya wae mun warga keur pakepuk teh." Maksudnya: kamu ke mana saja? lihat tuh anaknya Bu Dedeh selalu ada saat orang lain sedang membutuhkan (bantuan). Saya tidak banyak tingkah saat memperhatikan seorang satpam menegur salah seorang pemuda di RW-nya.

Mengalirkan Kebaikan

Pagi yang berkabut, hawa dingin masih tersisa. Sekitar pukul tujuh, saya berangkat menuju kampus. Dengan menggendong tas ransel yang berisikan berkas-berkas pekerjaan, saya berjalan kaki menuju sebuah jalan besar yang menjadi rute angkot. Mumpung belum jauh dari rumah, biasanya saya mengingat-ingat kembali perlengkapan dan barang-barang yang perlu di-packing. Mengecek ulang, apakah ada yang tertinggal atau tidak. Seperti  berkas, buku, kunci rumah, flash disk, atau kopi sachet.

Menangisi Kehilangan

Sebagai pemuda yang aktif di masjid dekat rumah, salah satu aktivitas yang cukup familiar adalah mengurus jenazah. Begitu terdengar kabar bahwa ada salah seorang warga yang meninggal, kami langsung mencari tahu siapa dan di mana kediamannya, kemudian segera mendatangi kediamannya untuk mempersiapkan segala keperluan pengurusan jenazah. Mulai dari menyiapkan area pemandian, air, papan pemandian, dan tempat pengkafanan.