When She’s Crying

Tahukah kamu?
Semalam tadi aku menangis mengingatmu mengenangmu.
Mungkin hatiku terluka dalam,
atau selalu terlukiskan kenangan kita.
(Audy - Menangis Semalam)

Sepertinya tak salah apabila ada episode atau scene tertentu yang disukai oleh masing-masing orang. Ada yang menyukai bagian pertengkaran dimana dua tokoh mengekspresikan emosinya masing-masing, ada penyuka epik petualangan yang mengeksplor imajinasi, ada penggemar cerita violence yang dipenuhi scene kekerasan, dan lain-lain. Mungkin selera semacam itulah yang mengantarkan ketertarikan orang-orang dalam memilih cerita (bacaan atau film) mereka masing-masing. Secara umum, ada yang menyukai action, drama, thriller, mistery, komedi, sains-fiction, dan lain-lain. Namun ternyata tidak sesederhana itu, terkadang selera menuntun pada hal-hal yang lebih detail. Bagi kita penikmat genre action-petualangan, mungkin film semacam Indiana Jones menjadi genre yang digemari. Sebagaimana bagi kita yang menyukai genre drama-kehidupan, tipikal Dorama Jepang menjadi referensi penting.

Daisy


Daisy-ku yang mungil, apa kabarnya dirimu?

Saya selalu percaya, setiap orang punya caranya masing-masing dalam menikmati hidup. Entah itu dengan menelusuri minatnya, melakukan sesuatu yang menjadi hobi, pergi ke tempat favorit, atau bahkan sekedar menghanyutkan diri dalam suasana yang ada. Begitu pula dengan saya yang mempunyai cara tersendiri dalam menikmati hidup. Sebelumnya, saya sendiri mesti mengakui bahwa tak segala hal berjalan sesuai keinginan. Ada kalanya membosankan, jenuh, tertekan karena lagi di-warning oleh deadline, dan lain-lain. Kadang begini kadang begitu, kadang sulit kadang mudah, kadang lega kadang tertekan, kadang sedih kadang bahagia. Benarlah apa kata iklan: “...karena hidup punya banyak rasa!” atau “..life is never flat!”

Pesawat Kertas

Pesawatku terbang ke bulan...
(Memes - Pesawatku)

Pertengahan caturwulan 2012, salah satu obrolan yang ramai jadi topik pembicaraan adalah “Perahu Kertas”-nya Dee Lestari. Sebenarnya bukan bukunya, namun karena buku tersebut difilmkan. Tampaknya pemfilman buku inilah yang membuat “Perahu Kertas” jadi booming. Setelah laris dengan bukunya, akhirnya para pembaca yang apresiatif pada salah satu karya Dee tersebut disuguhkan dengan bentuk lain penyajian imajinasi si penulis. Visualisasi dalam bentuk gambar bergerak, alias film. Orang-orang berbondong ingin menontonnya. Bahkan kalangan yang bukan pembaca buku pun ikut terhanyut antusiasme pembaca yang penasaran pada versi filmnya. Terbukti, ada teman saya yang menonton film Perahu Kertas bersama kekasihnya. Padahal saya tahu persis bahwa dia bukanlah penikmat buku.