The Relationship

Teringat dengan ucapan seseorang, “San, kalo emang udah gak cocok lagi, mumpung kalian baru tunangan, belum nikah, mendingan putus aja!”

Kalau dipikir-pikir, memang ada benarnya juga. Menikah bukan hanya untuk sepekan, sebulan, setahun, sewindu, atau satu generasi. Tapi untuk seterusnya, malahan sampai dunia akhirat. Memang tak ada satupun manusia yang benar-benar sama, dan saya sendiri mesti mengakui itu. Meski kita sama-sama manusia, kita masih punya perbedaan. Dan meski kita berbeda, kita masih punya kesamaan, bahkan beberapa diantaranya punya banyak kesamaan.

Memang suatu saat nanti saya akan menikahi seseorang (bila masih diberi kesempatan hidup, insya Allah). Tentunya kami punya perbedaan, setidaknya berbeda jenis kelamin. Tapi saya masih berharap kami juga punya kesamaan. Setidaknya kesamaan yang akan membuat kami lebih mudah, selaras, dan harmonis dalam menjalani kehidupan rumah tangga.

Saya nyadar kalau hidup ini tak selalu manis, sebab manisnya pisang molen kadang kalah oleh asinnya bala-bala, atau pedasnya rujak. Ada saatnya saya perlu mengalami yang pahit, pedas, asin, atau bahkan hambar.

Tak bisa dibayangkan beratnya berkeluarga kalau kami punya tujuan yang berbeda dalam berumah tangga. Umpamanya, yang 1 menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan, dan yang 1 lagi menjadikan keberkahan hidup sebagai tujuan. Mending kalau ada titik temu, mun henteu? Bisakah dibayangkan, kalau kami berumah tangga untuk tujuan yang berbeda, apa lagi yang mesti dipertahankan?

Teteh saya pernah menasihati, “Dit, mendingan sekarang kerasa sakit daripada nanti kerasa lebih sakit!”

Makanya, kalau ada yang nanya “Dit, kenapa kamu milih ngejomblo?” Saya akan menjawab, “Emang buat apa? Saya gak mau punya hubungan istimewa kalau hanya sekedar status.”

‘Buat apa kita punya hubungan istimewa?’ Saya baru tak akan menjomblo lagi kalau sudah menemukan seorang perempuan yang bisa memberikan jawabannya.

0 comments:

Post a Comment