Mujahadahnya Supir Angkot

Langit masih gelap, udara masih dingin. Suasana begini enaknya diam di rumah sembari mengenakan mantel atau selimut tebal. Cukup dingin, lebih dingin dari biasanya hingga beberapa jama’ah shalat shubuh di masjid pun datang ke masjid dengan mengenakan jaket yang lebih tebal dari biasanya. Meski lebih dingin dari biasanya, syukur lah shubuh ini tidak hujan.

Jam di dinding menunjukkan pukul lima kurang saat saat shalat shubuh berjama’ah selesai. Orang-orang masih duduk untuk berdzikir dan berdo’a sebagaimana biasanya. Beberapa saat kemudian, beberapa orang satu per satu beranjak dari duduknya dan melangkah meninggalkan masjid. Sementara sebagian lainnya masih duduk di ruang utama untuk mendengarkan kultum (ceramah singkat) yang disampaikan oleh salah seorang ustadz. Sedangkan saya yang mesti bersiap-siap untuk berangkat kuliah memilih untuk menjadi salah satu yang tidak mengikuti kultum, alias pulang duluan.

Hanya beberapa saat setelah beranjak dari ruang utama masjid, ketika saya berada di dekat pagar halaman masjid, sebuah mobil angkot meluncur dari arah selatan. Sebuah mobil angkot yang hanya berisi seorang supir, dan belum ada penumpangnya. Itulah Mas Teguh, salah seorang warga di RW kami yang berprofesi sebagai supir angkot. Kalau saya tebak, beliau baru berangkat untuk mencari nafkah di hari ini. Begitulah beliau, berangkat beberapa saat setelah shubuh berjama’ah di masjid selesai.

Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Qur’an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Muzammil 20).

Mas Teguh adalah salah seorang dari sekian banyak orang yang berprofesi sebagai supir angkot. Mungkin supir-supir angkot lain punya kebiasaan yang berbeda. Ada yang mulai berangkat saat anak-anak sekolahan hendak berangkat sekolah, yaitu sekitar pukul 6. Namun terkadang ada juga yang berangkat semenjak dini hari, sekitar pukul 1 malam.

Memang jam 1 malam ada penumpang? Kenyataannya memang ada. Malam hari adalah jam dinasnya pasar induk. Kalau di Bandung, biasanya pasar Andir atau pasar Caringin. Pasar Andir dan pasar Caringin ini biasanya menjadi transit bagi bandar sayur, daging, dan dagangan lain untuk menjual dalam jumlah besar. Para pedagang sayur keliling, pemilik warung yang menjual sayur, atau pedagang di pasar kecil biasanya belanja di pasar induk ini untuk kemudian dijual kembali di tempat mereka masing-masing. Biasanya para pedagang di pasar kecil atau warung akan belanja dalam jumlah yang tak sedikit. Oleh karena itu, mereka akan membutuhkan kendaraan angkut untuk membawa belanjaan. Ada yang menggunakan kendaraan pribadi, ada pula yang sampai menyewa 1 angkot. Bagi beberapa trayek angkot, malam hari adalah prime time tersendiri bagi mereka. Khususnya yang melewati area pasar. Maka tak heran apabila sekitar pukul 6, kadang ada angkot Ciroyom-Lembang yang disesaki sayur, kerupuk mentah, atau rupa dagangan lainnya. Begitulah kehidupan di malam hari, sebagaimana yang diceritakan bahwa Allah tahu di sebagian malam akan ada hamba-hamba-Nya yang berjalan di muka bumi mencari karunia-Nya.

Lain jam berangkatnya, lain pula jam pulangnya. Tak ada batasan tentang kapan waktunya pulang. Bagi supir angkot, selama masih cukup banyak penumpang, angkot tetap jalan. Yang jelas, dari penghasilan mereka, ada uang untuk setoran, selebihnya mesti cukup untuk beli bensin, terkadang untuk servis mobil, dan yang terpenting, cukup untuk nafkah keluarga. Ada yang selesai dinas saat masih sore, dan tak jarang pula ada yang baru selesai dinas jam setengah 10 malam saat para karyawan mall-mall baru selesai kerja.

Selepas shubuh ia berangkat, terkadang ada pula yang semenjak dini hari sudah berdinas. Kemudian menjelang maghrib atau larut malam baru selesai. Lain dari kebanyakan orang yang mulai beraktivitas saat matahari mulai terbit dan selesai saat matahari terbenam. Berbeda dengan kita yang rata-rata jam dinasnya antara 8 sampai 9 jam per hari, supir angkot mungkin punya jam dinas hingga 11 jam, atau bahkan lebih. Seberat apapun jam dinasnya mereka menurut kita, namun tetap saja rasanya saya mesti mengakui, begitulah mujahadahnya supir angkot dalam mencari karunia-Nya.

Semoga saja mujahadahnya kita tak kalah oleh mujahadahnya supir angkot. Bismillahi tawakkaltu ‘alallahi laa hawla wala quwwata illa billah.

Menyambut mentari pagi,
30 Januari 2012

0 comments:

Post a Comment