Sebenarnya tidak tepat juga bila hanya disebut tiga do’a, karena sebenarnya ada banyak do’a yang saya panjatkan saat di tanah suci. Baik saat di Madinah, maupun Makkah. Bahkan sebelum berangkat pun, beberapa teman ada yang menitip do’a. Jadi, do’anya bermacam-macam lah. mulai dari yang umum, sampai yang spesifik dan personal. Namun begitulah do’a, seperti apapun do’a kita, tak ada do’a yang tak didengar.
Memang ada beberapa do’a (sudah dibikin daftarnya, dari si ini si itu si fulan si fulanah), namun hati kecil rasanya tetap saja tak bisa berbohong dan tak bisa dibohongi bahwa saya punya tiga do’a yang paling terhayati. Tiga do’a yang berasal dari lubuk hati terdalam.
Rabbi zidni ‘ilmannaafi’an, wa rizqan thayyiban, wa ‘amalan mutaqabbalan. “Ya Rabb berikanlah saya ilmu yang bermanfaat, dan rezeki yang baik, dan amal yang diterima”. Saya memang tak bisa memungkiri bahwa salah satu hal yang membuat saya datang ke tanah suci adalah karena ingin mencari ilmu yang bermanfaat. Selalu terngiang untuk bisa mempelajari ilmu, dan bisa mengamalkannya. Ingin mendapatkan ilmu yang benar-benar bermanfaat, tak sekedar teori, itu pula yang memberi saya hasrat untuk kuliah Magister. Ya, ilmu yang bermanfaat, yang bisa membawa saya menemukan rezeki yang baik, dan amal-amal yang Insya Allah diterima.
Rabbirhamhumaa kamaa rabbayaanii saghiiraa. “Ya Tuhanku, kasihilah mereka (ibu dan bapak) sebagaimana mereka mendidik saya sewaktu kecil” (Q.S. al-Isra’ 24). Do’a yang satu ini khusus untuk ibu yang telah bersusah payah mendidik anak-anaknya hingga sebesar ini (benar-benar tak terbayang bagaimana pahit getirnya beliau saat mendidik putra-putranya), juga almarhum bapak yang telah lebih dulu dipanggil pulang (yang telah mengajarkan saya banyak hal). Semoga do’a yang satu ini bisa memberikan oase kebaikan yang terus mengalir bagi mereka.
Terakhir. Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a’yuniwwaj ‘alnaa lil muttaqiina imaamaa. “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari istri-istri kami dan keturunan kami yang menyejukkan hati kami, dan jadikanlah kami pemuka bagi orang-orang yang bertaqwa” (Q.S. al-Furqan 74). Mungkin do’a yang satu ini yang paling berbeda, karena paling panjang. Setelah mengutip sebuah ayat dalam Qur’an, saya memang mengadukan sebuah permasalahan pada-Nya. “Ya Allah, apabila dia adalah orang yang Engkau pilihkan untuk hamba, maka perlancarlah, permudahlah. Bukakanlah pintu hati hamba, bukakan pula pintu hatinya. Bukakan pintu hati keluarga kami, saudara-saudara kami, sahabat-sahabat kami, juga yang lainnya. Percikanlah asa dan kecenderungan di antara kami berdua. Engkaulah yang maha mengetahui, maha merencanakan, maha berkehendak, dan maha berkuasa atas segala sesuatu.” Jauh hari sebelum berangkat, ada beberapa orang yang sudah menyebutkan nama. Saya sendiri sebenarnya tak memiliki perasaan apa-apa, hanya saja intuisi mereka mengatakan “That’s her!”. Bagaimanapun juga mereka adalah orang yang telah mengenal saya semenjak kecil, mungkin ada benarnya apa yang mereka katakan. Jadi, ada baiknya bila saya mengutarakan hal ini pada-Nya, terutama di tempat yang istimewa.
Diselesaikan di Indonesia,
15 Mei 2012
0 comments:
Post a Comment