Nasehat di Pagi Hari

Senin. Pagi yang hangat. Mentari sudah tampak sejak jam setengah enam. Langit tampak berwarna biru muda, cerah, dengan putihnya awan. Tiada kelabu mendung, tiada awan gelap pertanda hujan segera datang. Pagi yang cerah mengakhiri sore kemarin yang mendung. Sebagaimana mentari yang cerah mengakhiri sore dan malam yang mendung, sebuah nasehat dari seseorang membuat mendung di hati saya pun sirna.

Saat kamu merasa tak bahagia dengan hidupmu, ingatlah bahwa ada seseorang yang bahagia hanya karena kamu ada.
Saat kamu merasa kesepian, sadarlah bahwa ada seseorang yang berharap bangun setiap hari hanya demi punya kesempatan melihatmu.
Saat kamu sendiri dan tak ada yang peduli, ketahuilah bahwa ada seseorang yang ingin memiliki hidup yang saat ini kamu jalani.
Saat kamu merasa tidak dipedulikan, lihatlah bahwa ada orang yang membutuhkanmu.

Berpekan-pekan sebelumnya, saya sedang merasa tak berarti. Kiranya itu pula yang membuat saya agak menikmati hujan, seolah-olah badan ini dingin untuk menerima hentakan demi hentakan butir-butir air dari langit. Basah kuyup seolah tak terasa, dinginnya suhu pun bagai tak mempan untuk membuat saya menggigil. Berjalan-jalan menyusuri jalanan di sebuah bagian belahan bumi, kepala menunduk, dengan satu pertanyaan: "Apakah diri ini berarti?"

So meaningless. Asa teu berarti pisan. Sebuah rasa yang tak mampu saya jawantahkan, dan membuat saya jadi lebih penyendiri dan banyak diam.

Tetapi setelah diingat-ingat...

Ahad kemarin, saya mengajak teman (namanya Nurman) untuk nonton bareng Persepam lawan Persib. Ajakan itu langsung disambut "Hayu, entar nyamper ya ke rumah!". Kami akhirnya berangkat ke rumah Mang Opik sebagai tempat nobar. Nurman senang saat diajak nobar, begitu juga dengan Mang Opik, senang saat rumahnya dikunjungi dan dibantu untuk ngaladangan* warung.

Sehari sebelumnya, Sabtu. Kang Asep minta diantar berkeliling Bandung dalam rangka sosialisasi program. Berangkat pagi jam 9-an, dan pulang jam 5 sore saat hujan sedang deras-derasnya. Berkendara motor, saya membantunya membawa spanduk dan satu roll kain siap jahit (konveksi). Kemudian setelah diingat-ingat lagi, Jum'at ada teman yang minta ditemani ke BEC, dan sorenya saya diundang untuk menghadiri acara kumpul sore bertajuk Bahas Buku.

Nasehat pagi itu rasanya seperti menampar pipi, seolah-olah meminta saya sadar. "Sadar, goblog!" Ya, saya merasa seperti orang yang goblok. Merasa tak berarti, dan memiliki pandangan yang sempit, sehingga tak sadar bahwa diri ini sebenarnya berarti di mata orang lain. Saya terperangkap dalam rasa ketidakberartian, padahal orang lain mungkin berpikir lain.


Saat ada orang yang sedang kesulitan, kemudian butuh bantuan, dan dia ingat kepadamu, itu artinya kamu adalah orang yang berarti untuknya. Demikian pula saat dia mengundangmu, memintamu menemaninya, atau berharap kamu bisa meluangkan waktu bersamanya.

Untuk nasihatnya, terima kasih banyak. Semoga Allah membalas kebaikannya.

12 Safar 1435

*) Ngaladangan adalah istilah dalam Basa Sunda untuk menggarap lahan yang potensial memberikan keuntungan. Kata dasarnya adalah "Ladang", semacam lahan pertanian. Dalam budaya Sunda biasa dipakai untuk menjelaskan aktivitas berdagang. Seperti ngaladangan warung, ngaladangan emih baso, ngaladangan stand pulsa, dll. Ngaladangan warung berarti lebih dari sekedar jaga warung, tetapi juga membuat pelanggan betah dan ingin belanja lagi, sehingga warung miliknya laris manis.

1 comment: