Keep Contact

Pagi yang cukup melelahkan. Setelah bermain bola di Salman, ngobrol sejenak bersama beberapa teman sambil beristirahat, saya pun segera pulang sebelum matahari semakin tampak berada di puncak langit. Inginnya sih pulang sebelum suhu udara sepanas siang. Maklum, karena saya naik angkot. Jadi panas cuaca akan sangat terasa.

Begitu sampai di rumah, sekitar pukul 11, saya segera ke dapur untuk makan. Karena pagi sebelum berangkat saya hanya sarapan sepotong roti, jadi setelah menguras banyak energi dengan bermain bola, rasa lapar saat siang sudah tidak dapat ditawar-tawar lagi. Harus segera diisi, plus minum agak banyak, lalu beristirahat sambil menunggu adzan zhuhur.

Berwudhu saat siang setelah berpanas-panasan dan berkeringat itu rasanya bagai menemukan oase di padang pasir. Menyegarkan, menyejukkan, sekaligus menentramkan. Godaan untuk tidur pun tidak terelakkan. Belum lagi ditambah semilir angin yang melewati celah-celah ventilasi dan pintu masjid. Alhasil, usai shalat pun saya tertidur. Pulas.

Tadi, saya tidur berapa lama ya? Melihat jam dinding, ternyata sudah pukul setengah 2. Saya rogoh saku untuk mengambil ponsel (barangkali ada panggilan atau pesan masuk), rupanya ada 1 pesan diterima dari Nurman, seorang teman semasa SD. Dilihat isi pesannya, "Nuju di mana euy? Abdi nuju di lapak Mang Opik. Ka dieu atuh." Sayang, karena tak ada pulsa, saya pun tak sempat membalasnya siang itu juga.

Mang Opik (pakai masker) beserta asisten

Kebetulan, sorenya saya ada rencana pergi ke Salman untuk kumpul sebelum berangkat bersama ke Pameran Desain Produk. Jadi sambil berangkat, saya bisa mampir dulu ke lapak Mang Opik. Demi menemui Nurman, juga membeli sebungkus batagor untuk dinikmati bersama di Salman. Selepas shalat ashar, saya berangkat.

Suasana di sekitar lapak

Ah, sayangnya saya terlambat. Nurman sudah pulang. Awalnya saya mengira Nurman akan nongkrong di lapak hingga sore, ternyata tidak. Lapak batagor yang letaknya di sebelah SD itu memang sudah seperti tempat nongkrong bagi kami. Selain karena ada makanan dan tempat duduk, orang-orang di sana pun bisa diajak bercengkrama bersahabat. Oleh karena itu, biasanya kami nongkrong di sana hingga menjelang maghrib. Jadi meski tidak SMS-an untuk merencanakan pertemuan, adalah hal yang biasa bila kami bertemu langsung di lapak.

Berhubung ada agenda ke Pameran Desain Produk di Braga, saya tidak lama di lapak. Jadi setelah pesanan dibungkus, saya pun segera membayar, lalu berangkat.

***

Keesokan harinya, setelah mengisi pulsa, saya mengirim SMS padanya: "Hampura, nembe ngisi pulsa. Nuju di mana euy?" Sengaja saya bertanya demikian, barangkali dia ingin ngumpul bareng.

"Nuju di bumi, ngan bade ka lembur. Kumaha, damang?"
"Alhamdulillah, sae. Sawangsulna kumaha?"
"Sami, alhamdulillah."

Sudah cukup lama kami tidak bertemu. Sejak Februari 2014, dia lebih sibuk dengan rintisan usaha peternakan lele dan bebek-nya. Sedangkan saya masih berkutat dengan tesis. Meski begitu, kami masih ingin bisa berkumpul kembali di tempat nongkrong. Terkadang saya bertanya pada juragan batagor, "Ari Nurman kumaha kabarna? Sok ka dieu?" Barangkali saja dia datang saat saya tidak mampir ke lapak batagor. Kiranya, itu juga yang membuat Nurman menanyakan saya. Sebagaimana yang biasa dia katakan, "Sono euy. Hayang ngumpul jeung barudak."

"Sebisa mungkin, walau sibuk dengan kerjaan masing-masing, tiap akhir pekan diusahain bisa ngumpul lah. Apalagi kalau lagi pada pulang ke Bandung." Saya ingat betul saat seorang teman mengatakan itu. Itu juga yang saya pikirkan saat mengingat teman lawas. Sebagai teman masa kecil, saya juga penasaran dengan kabarnya Nurman. Lebih dari penasaran, kami memang ingin bertemu. Jadi, saling kontak agar menemukan waktu yang tepat untuk bertemu ternyata amat penting.

Membaca isi pesan SMS-nya, saya mengerti bahwa dia ingin mengetahui kabar saya. Andai saja kami sempat bertemu, mungkin dia bisa melihat langsung kabar saya, dan kami bisa bertukar cerita, sehingga lebih banyak tahu tentang keadaaan masing-masing. Begitu juga sebaliknya, perjumpaan bisa melunasi rasa penasaran saya akan kabar teman dan menjaga keakraban agar pertemanan kami tetap sejati.

11 Rajab 1435

2 comments:

  1. Saya udah jarang ketemuan temen smp, sma sama kuliah. Kalau ga udah pada tinggal di luar kota, sibuk sama urusan masing-masing. Eh tapi kalau ada buka bersama ada reunian sayang banget ya kalau dilewatin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, semacam gitu lah..
      sy ngerasa temen2 jadul tuh lebih tulus. udah tau sisi historisnya kita, jadi bisa lebih nerima kita apa adanya. tanpa berharap gimana2..

      Delete