Kopi dan Teh

Saya masih ingat, kapan pertama kali menemukan secangkir kopi. Itu adalah saat bapak dan kakak kedua ngobrol sambil merokok di ruang tengah. Sebagai lelaki perokok, tentu saja rasanya kurang sempurna tanpa ada secangkir kopi. Entah apa yang membuat mereka begitu suka ngopi. Karena penasaran, saya yang masih SD pun mencobanya. Sangat pahit, dan saya tidak suka. Walaupun sudah diberi gula.

Berbeda dengan perkenalanan saya pada teh. Dulu ibu dan bibi hampir selalu membuatkan teh manis sebagai minuman setelah makan. Saking sukanya, teh manis menjadi minuman kesukaan saya saat kecil. Terutama saat SD. Mulai dari segelas teh manis hangat, teh manis dingin, teh botolan, sampai es teh manis. Tanpa peduli apa mereknya, yang penting teh manis. Terlebih lagi saat itu bapak bekerja di kebun teh. Jadi oleh-oleh khasnya adalah teh.

Ada pasang surut dalam hidup. Seperti anak-anak yang berlarian, kemudian terjatuh dan berdarah. Tetapi berlari lagi untuk melanjutkan permainan. Perlu oplosan agar kuat. Ada saatnya cenghar, ada pula saatnya mulai ngantuk. Saya yang (saat SMP) ikut Pramuka, berkenalan lagi dengan minuman yang katanya dapat menunda ngantuk. Minuman yang selalu menjadi temannya tukang begadang. Kopi. Kami yang masih berumur 13-an perlu kopi untuk kerja hingga larut malam.

Unik. Kopi hitam yang saya regut tidak begitu pahit, dan saya mampu menghabiskannya selama begadang. Jadi we mun begadang ngopi deui. Selain untuk begadang, kopi juga menjadi minuman pilihan saat dingin. Itulah kenapa, kopi hampir selalu dibawa saat kemping. Paling tabu, saat SMA saya pernah membawa segelas kopi dari kantin ke kelas. Da keur hujan. Saat kuliah, tentu lebih butuh. Kerjaan lebih banyak, dan lebih sering begadang. Wajar kalau kantin-kantin di kampus selalu sedia kopi.

Rasa-rasanya itu yang membedakan antara kopi dengan teh. Kopi adalah oplosan untuk begadang, sedangkan teh dipercaya dapat memberikan rasa lebih tenang. Tapi tetap saja, kalau nongkrong santai, saya tetap lebih memilih pesan kopi. Mungkin ini yang disebut selera.

Sekarang, lain lagi ceritanya. Kalau dulu selalu perlu gula untuk ditambahkan pada segelas kopi atau teh, sekarang jauh lebih terbiasa dengan versi tanpa gula. Pesan segelas teh tawar, atau kopi pahit. Entah sejak kapan saya mulai suka versi sedikit pemanis. Yang jelas, sejak sadar ibu mengidap diabetes, saya pun mulai mengurangi penggunaan gula. Termasuk untuk kopi.

Gelas gratisan, dan gula nganggur.

Seorang sahabat yang banyak tugas keliling pernah bilang: "Kopi akan lebih terasa kualitasnya kalau gak pake gula." Dan memang begitulah adanya. Baru bisa lebih terasa bedanya antara Aceh, Toraja, Mandailing, dll. Untuk cita rasa, setelah merasakan versi pahit, bisa ditambahkan gula putih, gula merah, atau krimer. Ya, tak selalu gula putih.

Konon, penikmat kopi pahit adalah mereka yang terbiasa dengan kepahitan hidup. Hingga pahitnya kopi seolah tak terasa. Itu pula komentar yang saya dengar saat mereguk segelas Latte tanpa gula, atau secangkir Ule Kareng pahit (kopi Aceh). Ya, itu kata mereka. Padahal mah urangna we nu rentan diabetes. Jadi kudu ngabebelaan teu digulaan.

Perbandingan kopi dengan teh.

Sepahit apapun kopi, nikmati saja. Temukan sendiri cara menikmatinya. Seperti saya mereguknya sambil menonton video klipnya Hyorin yang berjudul "Driving Me Crazy" (OST The Master's Sun).

24 Rabiul Akhir 1437

Categories: , ,

8 comments:

  1. Saya malah suka kopi macam cappucino,hazelnut,luwak dsb yang punya rasa yang soft. Kopi pahit? Ntar dulu hehe. Selain ga kuat ke lambung juga, sih. Nah kalo teh emang lebih enak yang plain tanpa gula.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sy mah lebih suka kopi enak yg dibikinin yayang tercintah.. :D

      Delete
  2. akhir2 ini kok orang2 pada nolak diajak ngopi yah :(

    ReplyDelete
  3. bagi saya kopi dan teh adalah produk gaya hidup, berawal dari ajakan teman dan biar bisa memahami selera dan rasa teman... yang terbaik bagi saya tetep weh susu mamih sapi terutama coklat ultra hehe (meski sebetulnya laktosanya ga baik buat usus :p)

    ReplyDelete
  4. Kebalik, suka teh pahit-ga pake gula, dan kopi manis :D
    *belum kebiasa sama pahitnya hidup, hahaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Udah terbiasa ama teh tawar. Makanya eikeh nyobain kopi pait. Katanya robusta bagus utk diabetes & maag...

      Delete