Menyesal Karena Keputusan

Ada seorang anak laki-laki, sebutlah namanya Dani. Seperti anak laki-laki pada umumnya, Dani pun susah diatur, dan bandel. Di rumah, di sekolah, juga di tempat lainnya. Suatu hari, karena bandelnya ini ada sebuah ‘insiden kecil’, dan insiden tersebut membuat sang ibu marah.

“Bisa diam gak sih?!!?!! Ibu tuh udah cape ngebesarin kamu!!!” mendengar itu amarah ibunya itu, Dani terdiam, lalu murung. Saya sendiri yang melihat hal ini, jadi jengkel gara-gara insiden tadi. Memang tak salah, sang ibu membesarkan anaknya. Tapi kenapa mesti begitu? Ingin rasanya saya menegur dia, “Kalau gitu buat apa dulu ibu bikin anak?” Saya pikir, tak ada yang memaksa dia untuk ‘bikin’ anak, tapi dia sendiri malah mengeluh karena sesuatu yang dulu ia lakukan. Kalau memang tak mau merasakan lelah dan stresnya punya anak, ya jangan ‘bikin’ anak atuh!

Anak kecil memang ‘fitrah’-nya begitu. Apalagi yang laki-laki. Wajar kalau bandel, dan justru tak wajar kalau tak bandel. Sifat bandelnya tersebut  menunjukkan inisiatifnya sebagai seorang calon pemimpin.

Ini hanya sebuah hal kecil dan sederhana dalam hidup kita, tapi tak jarang hal semacam ini menimbulkan masalah besar dan rumit. Jangan karena keputusan yang kita pilih saat ini, kita menyesal atau jengkel di kemudian hari.


3 Agustus 2010

0 comments:

Post a Comment