Saya Malu

Siang ini rasanya amat melelahkan. Kepala pening, badan terasa pegal-pegal, dan kaki terasa gempor. Tadi pagi kuliah, sebelumnya saya tidur jam 4 sebelum shubuh, dan sebelum itu saya begadang untuk menyelesaikan pekerjaan. Kemarin, dari pagi saya tidak tidur karena memang sedang ada banyak kerjaan. Siang ini saya juga tidak tidur, sampai akhirnya pulang dan tiba di rumah jam 9 malam.

Semoga saja saya kuat untuk menjalankan aktivitas esok hari.

Kenyataannya, saya sering sakit gara-gara pola hidup yang seperti ini. Sakitnya bisa ditebak, yaitu gejala tipes yang notabene gejala sakit karena kecapean. Apa mau dikata, kalau sudah sakit, saya harus 'pasrah'.

Mungkin benar apa kata pepatah, tak baik memaksakan diri. Setidaknya saya kerap mengalami akibat dari semua ini. Terkadang sampai ada yang bilang: "Kang, jangan maksain atuh! bisi sakit", "Istirahat kang! akang teh manusia, butuh istirahat", "Adil ama diri sendiri atuh kang!" Makasih buat Ririn dan Dea yang sudah mau peduli. Jadi terharu. Hiks..hiks..

Apa mau dikata, memang saat ini ada banyak yang mesti saya kerjakan. Mulai dari tugas kuliah, cari penghasilan, dan kerjaan di organisasi. Selebihnya,  ngajar baca al-Qur'an saat ba'da isya. Tapi usai ngajar, biasanya kami (saya dengan adik-adik) suka ngerumpi dulu. Yah, mereka yang pengen. Jadi, kadang saya baru pulang sekitar jam 10. Saat ini adik-adik tengah menyiapkan diri untuk ujian akhir nasional. Jadi mereka juga lebih intens belajar baca al-Qur'an. Saya harus maklum kalau mereka meminta jadwal ngaji 3 hari dalam seminggu.

Buat saya, kerjaan sebanyak itu sudah bikin kewalahan. Belum lagi ada tetangga dan kerabat yang minta privat ngaji. Itu juga belum ditambah jadwal ceramah ba'da shubuh (khusus yang ini, harus nyiapin bahan untuk ceramah). Harus banyak belajar buat nyiapin yang satu ini. Bahkan beberapa diantara kalian sudah tahu lah, kalau dulu saya itu tukang roti di kampus. Jadi masalah ceramah ginian, saya bukan ahlinya.

Memang banyak yang harus saya kerjakan, dan rasanya saya malu kalau harus menyerah.

Beberapa teman kuliah saya sudah bekerja dan sudah punya anak. Siang -kadang- mereka bekerja, pagi dan sore ngasuh anak, barulah malam mereka bisa mengurus masalah kuliah. Bayangkan, kira-kira bagaimana kesibukan mereka?

Saya juga teringat dengan guru ngaji di Maqdis. Agenda ngajar beliau terbilang sangat padat. Kerjaan sehari-harinya adalah keliling Bandung untuk mengajar. Berangkat ba'da shubuh, dan pulang sekitar jam 11 malam. Beliau juga sudah menikah dan punya anak. Tak terpikir berapa waktu yang beliau miliki untuk bisa bersama anak dan istrinya. Bayangkan, seberapa besar pengorbanannya?

Saya ngerti kalau memaksakan diri itu tak baik. Tapi saya juga malu kalau sampai mengalah pada keadaan semacam ini.

Semoga saja kalian lebih baik dari saya.

Sebuah sudut kota Bandung, Januari 2011.

0 comments:

Post a Comment