Yang Lama untuk Yang Sesaat

"Melelahkan, dan betapa penatnya."

Kira-kira begitulah yang bisa saya simpulkan dari beberapa pekan terakhir ini. Agenda yang benar-benar padat. Kuliah, mengerjakan tugas, dan menyiapkan acara tanggal 25 Juni nanti. Tak terpikir kalau akan sampai begini jadinya, hampir setiap hari pulang larut malam. Bahkan untuk urusan makan pun sampai lupa dan keteteran. Ujung-ujungnya, saya tepar. Mungkin badan ini kelelahan..

Jadi ketua panitia penyelenggara, menghabiskan waktu berhari-hari (bahkan berpekan-pekan) demi sebuah acara yang hanya 2 setengah jam. Asa bodor kitu tah.

Terkadang bila teringat akan event-event yang dulu pernah kami selenggarakan, saya jadi ingin mentertawakan diri sendiri. Betapa tidak, selalu begitu. Sibuk berpekan-pekan demi acara yang hanya sekitar 2 jam. Tak apalah, mungkin ada benarnya juga, kalau sesaat yang berkesan hampir selalu diawali dari cerita panjang yang mengharukan. Dan nampaknya memang begitu.

Pernyataan kemerdekaan yang hanya beberapa menit, diperjuangkan selama 3 abad lebih.
Skripsi yang disidangkan yang hanya 1 jam lebih, disusun selama berbulan-bulan.
Keberanian mengatakan ijab qabul yang hanya beberapa menit, dipersiapkan selama bertahun-tahun.
Dan akhirnya..
Saya menghabiskan waktu seumur hidup untuk mencari bekal demi sesaat menjelang ajal (dan setelahnya).

Untuk bisa menuliskan hal ini pun saya perlu belajar selama bertahun-tahun. Bahkan rasanya saya masih perlu banyak belajar.

Kira-kira begitulah, terkadang -bahkan mungkin selalu- ada proses panjang yang dilewati untuk sesaat yang dijalani.

Dago, pagi yang cerah
20 Juni 2011

0 comments:

Post a Comment