Teladan dalam Keheningan

Sebuah siang bolong. Perkuliahan di hari ini selesai jam 10-an. Masih banyak waktu luang untuk hari ini. Berhubung tak ada agenda apa-apa dengan teman kuliah, saya pun akhirnya memilih untuk mampir ke sekre. Istirahat sejenak, ngobrol dengan teman seorganisasi, atau apa lah. Seperti biasanya, kisaran pagi hingga jam 2 ruangan-ruangan sekretariat hampir selalu sepi. Biasanya hanya ada beberapa orang yang mengisi dan berlalu-lalang di dalamnya. Memang demikian adanya. Pagi hingga menjelang ashar biasanya digunakan untuk kepentingan perkuliahan. Bilamana bukan ada jadwal kuliah, umumnya diagendakan untuk mengerjakan tugas-tugas kuliah. Siang menjelang ashar, menjadi permulaan waktu luang di luar kepentingan perkuliahan. Ada yang melanjutkannya untuk nongkrong, main, istirahat, mengaji, aktivitas organisasi, dan lain-lain. Intinya, ada jam tertentu yang menjadi momen di mana orang-orang punya waktu luang.

Hari masih menjelang puncaknya siang. Masih cukup lama untuk menyambut berkumandangnya adzan zhuhur. Setelah perkuliahan beres jam 10.20, entah ke mana lagi agenda untuk hari ini. Menurut jadwal, kuliah pagi tadi adalah satu-satunya jadwal kuliah untuk hari ini. Selebihnya, ya sudah tentu menjadi waktu luang. Siang begini bukan waktu yang cukup tepat untuk mondar-mandir keliling kota. Enaknya berteduh di tempat tertentu. Apapun itu tempatnya, dan apapun itu aktivitasnya. Jadi kalau saya bisa memilih, siang begini mendingan aktivitas di dalam ruangan daripada berpanas-panas ria di luar ruangan. Biasanya yang saya pikirkan ada beberapa pilihan: kosan teman, perpustakaan, atau ruang sekre. Namun karena sobat ngampus sedang ada jadwal kuliah lain, dan di perpus pun tak ada kepentingan, maka ruangan sekre lah yang menjadi pilihan untuk mampir.

"Assalamu'alaykum!" Sapa saya.
"Wa'alaykumussalam!" Ternyata ada orang di dalam.

Hanya ada satu yang menjawab. Setidaknya itu menunjukkan bahwa ruangan sekre sedang sepi, hanya dihuni oleh satu orang. Bila sedang ramai, ruangan ini seperti kelas yang diisi orang-orang yang sedang ngobrol dengan gengnya masing-masing. Hening tanpa obrolan. Itu suasana yang saya rasakan saat baru datang. Bahkan dari sekre tetangga pun sama heningnya. Yang terdengar hanya suara sapuan seikat lidi yang digunakan untuk menghalau debu dan 'pabalatak'-nya karpet di ruang sekre. Ya, karena tidak ada kursi. Maka penghuni pun menggunakan karpet untuk parasmanan. Sementara alas kaki harus dicopot dan disimpan di dekat pintu. Untuk menjaga kebersihan! Kebersihan itu sebagian dari iman, kan?!

Bila bukan orang di dalam yang sedang menyapu, lantas siapa lagi? Dengan tenang dan tanpa banyak bicara dia menyapu membersihkan ruang sekre tempat kami biasa beraktivitas dan menyimpan arsip-arsip juga logistik. Suasana sekre yang biasanya acak-acakan kini sudah tampak lebih rapi dan bersih. Ah, tak perlu bertanya siapa pelakunya. Sudah terlalu jelas, jadi tak perlu dipertanyakan. Orangnya sudah jelas-jelas ada di depan mata. Lagipula, saya sebagai salah seorang penghuni yang doyan mampir ke sekre tahu betul seperti apa suasana sekre dari pagi hingga malam, dan siapa saja serta apa saja yang dilakukan oleh para penghuninya.

Wahyudi. Itulah nama dari sosok yang ada di depan mata ini. Senior yang juga seorang mahasiswa Bahasa 'Arab. Tak banyak yang saya tahu dari lelaki asal Wonosobo ini. Sebatas jurusan dia berkuliah, dan angkatannya. Selama saya beraktivitas di organisasi ini, dia jarang terlihat. Bahkan dalam rapat-rapat organisasi sekalipun. Posisinya di organisasi ini? Entah sebagai apa, karena saya belum pernah melihatnya dalam struktur kepengurusan. Agak dimaklum, dia bukan kepala tim, kepala divisi, maupun ketua umum. Nama-nama yang tercantum dalam diagram kepengurusan hanyalah mereka yang menjabat kepala bidang (tim dan divisi).

Sepengetahuan saya, Kang Wahyu memang bukan orang yang banyak bicara. Jarang bisa menemukannya dalam rapat ataupun diklat. Bila ada diklat pun, dia lebih banyak diam. Sedangkan dalam rapat, dia hanya berbicara seperlunya, selebihnya kembali diam.

Wahyudi. Orangnya jarang terlihat, pendiam, dan tenang. Namun sesekali menemukannya, ada keteladanan yang tersirat dari kebaikannya yang terselip di balik kesunyian. Karena sayalah yang saat ini beruntung menemukannya sedang menyapu ruang sekre, mungkin hanya saya yang menjadi saksi selain malaikat-Nya. Penghuni lain di sekre mungkin tak pernah sadar siapa yang sudah membersihkan ruangan ini, mereka sekedar tahu ruangan sudah bersih rapi, lalu menikmatinya.


Saya tak berani menyanjungnya, sekedar menyimpan rasa malu pada sosoknya yang beramal tanpa banyak bicara. Duh...

Mengingat-ingat 8 tahun silam,
27/01/2013

0 comments:

Post a Comment