Disorientasi

Saya mau memulai catatan singkat ini dengan sebuah pertanyaan, "Pernahkah di dunia maya Anda malah lebih banyak ngobrol dengan teman-teman baru yang tak pernah Anda kenal di dunia nyata?" Bila Anda pernah atau sedang mengalaminya, kiranya hal semacam itu pula yang saya alami saat ini di sebuah media jejaring sosial. Saya memang punya akun di beberapa media sosial, diantaranya yahoo (milist), blogspot, youtube, wordpress, deviantart, paseban, dan facebook. Yang ingin saya garis bawahi, selalu ada tujuan utama yang menjadi alasan bagi saya untuk membuat akun di media jejaring sosial.

Khusus untuk Fb, sejak awal saya meniatkan bahwa Fb akan saya gunakan untuk mencari teman-teman dari masa lalu. Yaitu teman-teman yang saya kenal saat masih SD, SMP, dan SMA. Intinya, Fb ingin saya gunakan untuk merawat pertemanan yang dulu pernah terjalin. Seiring berjalannya waktu, setelah lulus kuliah bertambah lagi satu kriteria, yaitu teman kuliah. Maksudnya Fb akan saya gunakan juga untuk merawat pertemanan dengan orang-orang yang saya kenal semasa kuliah. Tentunya, mereka adalah orang-orang yang saya kenal di dunia nyata. Setidaknya pernah satu sekolah atau satu jurusan.

Inginnya, orang-orang yang saya add atau confirm sebagai teman adalah mereka yang saya kenal di dunia nyata. Tujuan kenapa saya begitu ya yang pasti-pasti saja lah, karena saya ingin tahu kabar tentang mereka sekarang-sekarang.

Namun kenyataan tidak selalu seperti yang diharapkan. Ada social effect yang kuat dalam pertemanan di dunia maya. Ini semacam efek bola salju atau efek domino yang sifatnya merembet dan meluas. Di dunia maya, orang bisa dengan mudah, fasih, dan tanpa sungkan untuk berkenalan. Padahal di dunia nyata tidak demikian adanya.

Aktif memposting tulisan di note Fb ternyata tanpa tersadar telah membuat saya jadi dikenal oleh orang lain (teman dari teman). Misalnya saya men-tag Ayunda Maudia di sebuah note, teman dari Ayunda akan melihat bahwa Ayunda di-tag pada sebuah tulisan, dan dia bisa turut membacanya. Kesan yang ditimbulkan dari tulisan tersebut memungkinkan temannya Ayunda untuk berniat meng-add friend saya. Alhasil, bertambahlah teman baru yang notabene adalah orang asing. Hal ini benar-benar terjadi ketika  saya mendapatkan pesan, "Mas, aku terkesan dengan tulisan-tulisannya. Confirm aku ya." Demi menghormati niat baik mereka yang ingin berteman, saya tak punya alasan untuk menolak.


Just a cyber friendship

Selain di Note Fb, tulisan saya juga pernah diposting di Dakwatuna dan Fimadani. Seperti halnya di Fb, posting di website pun berbuntut social effect. Beberapa pengunjung website yang membaca postingan saya mencari identitas si penulis di media jejaring sosial lain. Alhasil, mereka klik add friend saya di Facebook.


"Saya jadi mulai nyadar, bahwa secara perlahan teman-teman di Fb bukan lagi hanya teman di dunia nyata dari masa lalu, tapi juga para pembaca yang ingin berteman."

Efek sosial pada media ternyata tidak berhenti sampai di situ. Ternyata juga terjadi hal serupa dengan di dunia nyata, yaitu pertemuan dengan orang-orang genit. Dalam hal ini, mereka yang saya maksud adalah cewek-cewek kegatelan yang entah asalnya dari mana. Karena saya adalah seorang lelaki, maka mereka yang kegatelan itu adalah cewek-cewek. Jadi, di Fb bukan hanya ada cowok kegatelan yang bertingkah macam-macam terhadap wanita, tapi sebenarnya ada juga cewek-cewek yang kegatelan.

Terkadang jadi dilematis. Pada satu sisi saya ingin jujur menampilkan profile pict asli foto saya, namun dampaknya adalah aktifnya auto alarm para makhluk kegatelan itu. Bila saya mengganti profile pict dengan gambar lain, itu bisa saja membuat teman dan para pembaca jadi pangling "Ini siapa ya?".


Sebuah gambar yang pernah saya pakai sebagai profile picture

Saya harus bisa bijak menyikapi hal ini. Mengambil sebuah gambar badut atau secangkir kopi bisa dijadikan pilihan sebagai profile pict, asalkan gambar-gambar tersebut dapat merepresentasikan siapa saya. Contohnya saat saya menggunakan prof-pict Kamen Rider, teman saya ada yang terkesan: "Wuiihh.. Adit banget ini!"

Kembali lagi ke awal bahasan. Aktivitas news feed di Fb tampak jelas menunjukkan bahwa 'orang asing' lebih aktif, dengan kata lain orang-orang asing mempunyai porsi yang lebih besar ketimbang orang-orang yang saya kenal. Ini jelas melenceng dari niat awal saya membuat akun Fb.


"Some went away, and the others come."

Pada akhirnya, mungkin saya harus mulai melihat bahwa pada satu sisi, dunia maya pun dapat menampilkan sebuah sisi dari dunia nyata. Ada yang pergi dan ada yang datang. Kawan lama menghilang, muncul kawan baru. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, seperti apapun itu pertemanan (maya atau nyata), tetap saja patut untuk dihargai. Teman baik patut dibalas baik, teman brengsek patut dibalas oleh kebrengsekan pula. Tapi tetap teman.

13 Rajab 1434

Categories:

2 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. if really wanna be a friend, just be a friend. i never think about what kind you are. cause everyone can be a good one.

    begitu mas/mbak titik hitam dan putih..

    ReplyDelete