Ngebubur Bareng Eva Celia

Saya merasa tidak ada sesuatu yang istimewa pada keseharian sebelum tidur. Hidup saya berjalan seperti biasanya, dan aktivitas yang saya kerjakan pun -menurut saya- seperti biasanya: mengerjakan tesis, mengerjakan desain info untuk sebuah event pekanan, berbuka di masjid, masak sop, kemudian istirahat malam.

Begini kronologisnya...


*Ngerjain tugas sampai malam
Ceritanya hari sudah malam, saking seriusnya ngerjain tugas kuliah sampai tidak tersadar kalau dari pagi kami belum makan. Jadi malam itu juga setelah menggarap tugas bareng-bareng di rumahnya, kami ke luar untuk mencari makan.

*Ngobrolin ide bisnisan
Makanan apa yang enak untuk disantap malam? Entah dari mana juntrungannya, obrolan kami mengarah pada bubur ayam. Maklum namanya juga mimpi. Kami sama-sama antusias untuk membuat bisnisan bubur ayam, dan selama perjalanan itu ada obrolan tentang: racikan bumbu bubur, kuah bubur, dan cara penyajian ayam.

*Ngebubur dan ngopi bareng di pinggir jalan
Tanpa terasa, kami pun berhenti di sebuah pinggiran jalan. Gara-gara ngobrolin bubur, jadi malam itu pun makannya bubur. Kami duduk tepat di antara gerobak tukang bubur dan sebuah warung kecil. Jadi selain pesan 2 mangkuk bubur, juga pesan 2 cangkir kopi panas. Ternyata dia juga suka ngopi. Padahal kopi sachetan yang satunya seribuan. Meski dia cewek, ternyata bisa juga dibawa makan dan ngopi di tempat begituan.

*Bawa mobil Honda Civic Genio
Setelah puas makan dan ngopi, kami pulang mengendarai sebuah sedan berwarna biru metalik. Sebelumnya saat berangkat saya yang nyetir, dan sekarang dia nyang nyetir.

*Dia mirip dengan Eva Celia
Kami melanjutkan obrolan di mobil. Cengar-cengir lagi, senyam-senyum lagi, tertawa lagi. Terasa lepas, itu karena tugas sudah selesai. Saat dia menoleh, saya bisa dengan dekat melihat wajahnya. Baru nyadar kalau dia mirip Eva Celia. Hanya saja badannya agak lebih tinggi dan sedikit lebih gemuk. Oh iya, malam itu kami mengenakan setelan rumahan ala mahasiswa yang belum mandi.


Eva (sumber: irahadeui.com)

*Jalan-jalan ke Dago
Obrolan mengalir begitu saja, sampai akhirnya saya menceritakan tempat di mana saya suka nongkrong kalau malam begini. Saya mengaku kalau malam suka singgah ke daerah Dago untuk mencari makan, ngopi, dan menikmati suasana kota. Tepatnya sih bukan di Jalan Dago-nya, tapi di Gelap Nyawang. Ternyata dia senang dengan suasana warung makan berlampu redup di pinggiran jalan ditemani bebintang berkilau di langit. Dia pun membentangkan tangannya, mengirup udara malam sepuas-puasnya. Seolah-olah merasa lepas dari segala penat.

*Punya temen ngobrol yang enakeun
Bila dia yang bercerita maka saya yang menyimak, dan bila saya yang ganti bercerita maka giliran dia yang menyimak. Kami saling apresiasi. Saya menikmati setiap beberapa ceritanya, dan dia tampak senang mendengar cerita-cerita saya. Itu terlihat dari senyumnya, bahkan sampai beberapa kali tertawa bersama. Saya antusias menyimak ceritanya, dan dia semakin kepo akan cerita saya. Sesekali, dia sampai menepuk bahu dan mencubit pinggang saya dengan gemas. Lumayan tarik tah, rada seueul. Intinya, kami nyaman untuk berbagi cerita.


"Punya teman ngobrol yang enakeun adalah sebuah karunia yang sangat patut untuk saya syukuri."

Mimpinya cukup sampai di situ. Ending-nya, terdengar panggilan: "Diiiittt... bangun! Sahur!"

Entah kenapa Eva Celia. Padahal bila ada artis yang kepikiran, akhir-akhir ini mereka adalah: Maudy Ayunda, Laura basuki, atau Bae Su Ji.


Neng Maudy

Bae Su Ji 

Ah, namanya juga mimpi. Tapi bagaimanapun juga, ini mimpi indah yang patut disyukuri. Hehehehe. Berkah Ramadhan mungkin, ya? Mimpi malam ini sangat berkesan, meski sosok yang saya temui di mimpi sungguh di luar dugaan. Sok we, iraha deui atuh bisa ngabubur bareng Eva Celia dan melihat senyumnya dari dekat?

11 Ramadhan 1434

2 comments:

  1. mantap kang.. Eva Celia mirip Sovia Latcuba kalo dah gedena nya :v

    ReplyDelete
  2. ah, justru saya mikirnya dia biasa aja.. da emang 'biasa'-na eta nu matak merenah. :P

    ReplyDelete