Ke Tanah Suci #5: Akhir di Madinah

Rombongan kami tidak begitu lama di Madinah, hanya 3 hari 3 malam. Pagi sekali, jam 6, rombongan dijadwalkan mengunjungi beberapa tempat bersejarah di Madinah, seperti Masjid Quba, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud, dan al-Khandaq. Selain tempat bersejarah, rombongan juga mengunjungi kebun kurma yang katanya gratis mengambil bila sedang musim panen. Tapi sayangnya, saya datang bukan saat musim panen.

Masjid Qiblatain

Sambil bus berjalan, pemandu menceritakan beberapa hal tentang tempat-tempat yang dikunjungi. Tidak ketinggalan, pemandu juga menceritakan sejarah dan keadaan Kota Madinah. Enaknya di sini adalah penutur tidak hanya bercerita, tetapi juga menunjukkan lokasi sejarahnya. Jadi bukan sekedar kisah dalam buku yang tidak dapat dirasakan keadaannya.

Masjid Quba

Setelah singgah ke perkebunan kurma dan Masjid Quba, kami berkunjung ke wilayah Jabal Uhud yang merupakan area Perang Uhud. Tempatnya hanya berupa padang pasir dan bukit (Bahasa 'Arab: Jabal). Sebelum turun, rombongan dianjurkan untuk mengenakan pakaian serba tertutup, longgar, tidak tebal, dan mengenakan masker. Masker dianjurkan untuk meminimalisir debu yang terhirup.

Jabal Uhud

Saya pun melangkah ke luar bus, dan keadaannya memang sangat 'mengesankan'. Karena udaranya sangat panas dan sinar mataharinya sangat terik. Panas cuaca menurut termometer mencapai 41 derajat celcius. Plus berdebu. Begitulah keadaan jazirah di wilayah Jabal Uhud ini. Tidak terbayangkan bagaimana rasanya berperang di tempat seganas ini. Yang jelas, fisik harus benar-benar kuat.

Awalnya saya berpikir ini adalah sebuah piknik, tetapi begitu menjejakkan kaki di tempat terbuka seperti ini, saya pun berubah pikiran. Jadi mengerti kenapa pemandu selalu mengingatkan supaya jama'ah meniatkan diri untuk beribadah. Kenyataannya, Jabal Uhud ini bukan tempat untuk piknik, tetapi benar-benar untuk merasakan perjuangan.

Perlahan saya mulai berpikir kenapa budaya 'Arab pakaiannya gober-gober (logor dan gombrang), itu ternyata karena penyesuaian terhadap cuaca. Dengan menggunakan pakaian yang lebih longgar, suhu tubuh bisa lebih tersalurkan melalui celah antara pakaian dan kulit. Bila menggunakan baju yang lebih ngepas dengan bentuk tubuh (merecet), itu malah bisa membuat penggunanya menjadi lebih kepanasan. Sedangkan masker, sangat berguna untuk menyaring udara. Jadi, masker atau penutup wajah sebenarnya bukan tentang aurat.

Bagi saya, bagian paling berkesan saat berkeliling di Madinah adalah orang-orangnya, yang ternyata merupakan sisa-sisa warisan Rasulullah kepada dunia. Warga Madinah begitu ramah, teratur, dan menghormati pejalan kaki. Di ruas jalan manapun (asal jangan di jalan tol atau protokol), pengendara mobil selalu mengalah kepada pejalan kaki. Di ruas jalan bagian manapun, tak peduli itu di perempatan, tengah jalan, stop-an, atau di manapun.

Mungkin itulah kenapa tempat yang semula dikenal dengan Yatsrib* ini dikenal dengan sebutan Madinah, sebuah tempat yang dihuni oleh masyarakat madani. Masyarakat madani adalah sebutan untuk sebuah model ideal masyarakat, prototype-nya masyarakat dalam kacamata da'wah Islam. Jadi apabila ada yang bertanya da'wah Islam itu menginginkan masyarakat yang seperti apa? Jawabannya adalah masyarakat madani, dan contohnya ada di Madinah, pusatnya da'wah Islam.

15 Rajab 1434

*) Yatsrib adalah sebuah nama orang. Sebutan Yatsrib untuk menandakan sebuah tempat sebenarnya sama saja dengan di Indonesia. Seperti kita bertanya "Mau ke mana?" lalu dijawab "Mau ke si Fulan". Ke mana, Dang? Mau ke si Boim.

Sekuel sebelumnya:
Ke Tanah Suci #4: Raudhah
Ke Tanah Suci #3: Masyarakat Madinah
Ke Tanah Suci #2: Madinah

3 comments:

  1. subhanallah sudah diberi kesempatan datang di tanah suci. Pengen kesana juga kak.

    ReplyDelete
  2. Kepingin banget bisa berumrah dulu sebelum berhaji sebelum usia kepala 4 :) Asik banget nih Dit ke Madinahnya.

    ReplyDelete
  3. Saya sih nyaranin gitu, Teh.. jadi bisa tau keadaan plus latihan. :)
    Dulu pas saya umroh, rombongan berkunjung ke Arafah & Mina, ada ibu-ibu yg urung niat daftar haji karena ngerasa belum siap utk wukuf (di Arafah)

    ReplyDelete