Ke Tanah Suci #7: Mekkah

Bagi saya, dilihat dari penataan kotanya, Madinah dan Mekkah memiliki satu kesamaan, yaitu sama-sama cukup ramah untuk pejalan kaki. Bisa jadi karena desain penataan kotanya demikian, atau bisa pula karena rekomendasi dari ulama yang berpendapat bahwa berjalan kaki menuju masjid dapat menambah pahala dan menghapus dosa. Ini hanya asumsi.

Perbedaannya tentu saja ada. Sejak awal berjalan-jalan di Mekkah, perbedaan itu sudah sangat terasa. Kendaraan-kendaraan (terutama mobil) di Mekkah melaju dengan lebih cepat ketimbang di Madinah, sehingga harus lebih berhati-hati untuk menyebrang. Pola perilaku masyarakat dalam menyebrang jalan serupa dengan di Indonesia, orang-orang di Saudi menyebrang di bagian mana saja yang sekiranya dapat disebrangi. Satu lagi, dibanding Madinah, pengendara mobil di Mekkah lebih tidak menghargai pejalan kaki. Pengendaranya lebih tidak mau mengalah. Mereka akan mengklakson bila tidak bersedia jalurnya dilewati penyebrang.

Gunung bebatuan di antara gedung

Mekkah merupakan sebuah daerah yang sebenarnya terdiri dari bukit-bukit batu, kemudian direkayasa menjadi sebuah kota besar, dan kini menjadi kota modern. Dapat terbayang betapa mahalnya tanah untuk bangunan di daerah ini, karena untuk pembangunan, kontraktor perlu menghancurkan bebatuan gunung. Begitu juga dengan pembuatan jalan-jalan yang melewati gunung bebatuan. Kontraktor mengebor bebatuan untuk membuat terowongan. Memang benar, seluruh tanah di Saudi pada dasarnya adalah milik raja. Tetapi untuk merekayasa daerah pun pastinya perlu biaya yang tidak sedikit.

Terkait dengan suhu udara dan teriknya matahari, perencana kota membuat kebijakan pembangunan gedung bertingkat. Sehingga gedung-gedung yang ada, fungsinya bukan hanya sebagai tempat tinggal atau kerja, tetapi juga sebagai peneduh masyarakat yang berjalan kaki di jalanan.

Keteduhan dari gedung tinggi

Sebagai kota besar, Mekkah punya masalah yang serupa dengan Indonesia: keberadaan gelandangan atau pedagang ilegal. Gelandangan dan pedagang ilegal di Mekkah kebanyakan berasal dari Afrika (non jazirah arab) yang datang lalu menunggu musim haji. Selama menunggu musim haji itulah mereka berjualan secara ilegal di tempat umum. Jadi bila tidak ada razia, mereka berjualan. Bila ada tanda-tanda akan razia, mereka segera membereskan dagangan lalu kabur. Niatnya untuk haji, dan itu baik. Tetapi caranya mengganggu ketertiban.

Bagian lain dari Mekkah yang membuat saya terkejut adalah perbedaan yang sangat mencolok dalam budaya lokal tentang seks. Jika di Indonesia permasalahan seks adalah hal tabu, kontras dengan Saudi. Setidaknya hal ini terlihat dari ramuan-ramuan penyubur yang dijual secara bebas di hampir setiap toko. Tidak tanggung-tanggung, dijualnya dalam ukuran yang besar. Misalnya Minyak Kobra yang dijual dalam botol ukuran besar (kira-kira sebesar botol air mineral 500 ml).

Selidik-selidik, di Arab, kesuburan adalah hal yang sangat sensitif untuk keluarga besar. Pasutri bisa dijutekin oleh keluarganya bila dalam waktu yang relatif lama masih belum punya anak. Bisa dibilang, sebuah aib besar bila istri sampai gagal hamil.

Saya jadi teringat kabar tentang senjata yang dikembangkan oleh negara musuhnya Palestina. Negara tersebut mengembangkan senjata yang tujuannya merusak 2 macam organ: penglihatan dan reproduksi. Di sisi lain kabarnya orang-orang Palestina beregenerasi secara cepat, sehingga disebut sebagai negara yang organ reproduksi masyarakatnya paling subur. Saya lupa sumber artikelnya. Mungkin orang-orang Arab, termasuk Palestina, subur karena budayanya itu. Sebagaimana yang saya temukan di Arab ini.

5 Jumadil Ula 1435


4 comments:

  1. kakak kesana?
    aarrhhh envy. Semoga bisa segera kesana, aamiin

    ReplyDelete
  2. Iya. Tapi tahun 2012. Cuma sebagian baru ketulis sekarang-sekarang. Terus berdoa n berusaha Anis, insya Allah nanti "diundang". :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya ka, kepengen. Wah keren atuh 2012 ditulis di tahun 2014, ngendap 2 tahun dulu, masih inget? waaah, kalau saya mah udah lupa kak haha

      aamiin ya Allah

      Delete
    2. Alhamdulillah, bisa diinget-inget. :D
      Aamiiin.. semoga..

      Delete